Kasih Sebagai Korban Persembahan

By Admin

03 November 2024

Artikel Gerejawi



    Apakah kasih merupakan sesuatu yang dapat dilakukan atau hanya sekedar ajaran? Mungkin banyak di antara kita yang cukup optimis bahwa kasih dapat diwujudnyatakan. Beberapa tokoh dunia seperti Mahatma Gandhi dan Mother Teresa pun menunjukkan pedoman yang sama. Permasalahannya, kenyataan hidup yang ada justru tidak menunjukkan bahwa dunia ini sedang dipenuhi oleh kasih yang semestinya menghasilkan kedamaian. Bahkan, kita pun dapat dengan mudah menemukan beragam aksi dan berita di media-media sosial seperti Instagram dan Facebook yang cenderung memprovokasi orang lain untuk membenci, memfitnah dan memojokkan pribadi atau kelompok tertentu. Jika demikian, benarkah kasih hanya konsep abstrak yang tidak bisa diwujudkan? Dalam Markus 12:28-34, kita mendengar percakapan Yesus dengan seorang ahli Taurat tentang perintah yang terutama. Yesus menjawab bahwa yang terutama adalah mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan, serta mengasihi sesama seperti diri sendiri. Kedua perintah ini tidak bisa dipisahkan; keduanya adalah inti dari seluruh hukum. Kasih kepada Allah dan sesama bukan sekadar kata-kata atau perasaan, tetapi sebuah keputusan, sebuah komitmen yang penuh pengorbanan. Kasih sejati seringkali menuntut kita memberikan sesuatu dari diri kita, baik itu waktu, perhatian, atau bahkan kenyamanan kita. Lantas Apa yang bisa kita Pelajari ? ● Kasih kepada Tuhan Sebagai Persembahan Yesus mengatakan bahwa kasih kepada Tuhan haruslah melibatkan seluruh aspek hidup kita: hati, jiwa, pikiran, dan kekuatan. Kasih kepada Tuhan ini adalah bentuk persembahan yang paling utama, di mana kita menyerahkan seluruh diri kita tanpa syarat. Mungkin ini berarti menahan diri dari hal-hal yang bisa menjauhkan kita dari Tuhan atau berkomitmen dalam ibadah, doa, dan pelayanan meskipun ada tantangan. ● Kasih kepada Sesama: Bukti Kasih kepada Tuhan Yesus juga menegaskan bahwa mengasihi sesama seperti diri sendiri adalah perintah yang sama pentingnya. Ini berarti bahwa tindakan kasih kita kepada sesama adalah bukti nyata dari kasih kita kepada Tuhan. Mengasihi sesama sering kali membutuhkan pengorbanan—kita mungkin harus mengesampingkan kepentingan pribadi atau menahan diri dari prasangka. Renungan ini mengajak kita untuk bertanya pada diri sendiri: Apa yang sudah kita korbankan untuk mengasihi Tuhan dan sesama? Kasih sejati adalah kasih yang berani memberi. Ketika kita mengasihi Allah dan sesama dengan sungguh-sungguh, kita tidak hanya menyatakan iman kita, tetapi juga menjadi alat kasih Tuhan bagi dunia. Biarlah kasih itu menjadi persembahan hidup kita, yang memuliakan Tuhan dan memberkati sesama.Amin.

Link Sumber